Klaus Schwab, Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia mengatakan bahwa di dunia yang baru ini, bukanlah ikan besar yang memakan ikan kecil, melainkan ikan cepat yang memakan ikan lambat.


Seperti yang kita tahu, pandemi yang saat ini masih kita rasakan telah membawa berbagai tantangan dan ketidakpastian.

Berbagai macam sektor kehidupan dan industri telah mencoba mengadopsi perilaku dan cara kerja baru agar dapat terus bertahan.

Sebagai garda depan dalam komunikasi perusahaan, public relations juga harus mengadopsi cara-cara baru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Cara-cara baru ini berkaitan dengan konsep agility yang kini semakin sering dibahas. Metode agile awalnya merupakan metodologi pengembangan software dengan sistem jangka pendek dan dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan. 

Metode agile yang sukses membuat perubahan ini pun kemudian diaplikasikan ke area bisnis lainnya, tak terkecuali public relations.

Dengan perkembangan teknologi yang semakin cepat dan perubahan perilaku konsumen atau pasar ini, metode agile memungkinkan praktisi public relations untuk beradaptasi dengan cepat dan mencapai tujuan yang ditetapkan.

Seperti yang dilansir dari berbagai sumber, ada beberapa strategi atau metode yang diadaptasi oleh praktisi PR yang agile. Apa saja strategi-strategi tersebut? Berikut 4 strategi public relations yang agile.

1. Bekerja Secara Paralel

Metode tradisional PR biasanya memulai riset atau strategi yang baru setelah kampanye sebelumnya telah selesai dilaksanakan.

Jika PR masih mengadopsi cara kerja tradisional ini, maka PR akan tertinggal. Strategi atau cara kerja yang menggantikan metode ini adalah bekerja secara paralel. Praktisi PR yang agile akan melakukan beberapa tugas secara paralel.

Bukannya menunggu hingga riset strategi selesai, kampanye PR akan dilakukan bersamaan dengan kegiatan riset tersebut. Segala kebaruan yang didapatkan dari hasil riset akan membantu perkembangan strategi yang sedang dilakukan.

2. Fokus pada Short-term

Rencana jangka panjang atau long-term tidak lagi strategis untuk dikembangkan dalam masa new normal ini. Perkembangan teknologi yang semakin cepat telah mengubah cara kerja kita sehari-hari yang juga menyebabkan munculnya ketidakpastian (uncertainty).

Maka dari itu, praktisi PR seharusnya lebih fokus pada rencana-rencana jangka pendek atau short-term. Rencana short-term ini dapat berupa rencana besar yang terbagi dalam beberapa rencana-rencana yang lebih kecil yang dapat dicapai dalam waktu singkat.

Strategi ini memungkinkan praktisi PR menjadi lebih gesit dan cepat dalam melakukan berbagai tugas atau kampanye.

3. Menekankan Kolaborasi

Kolaborasi lintas disiplin adalah salah satu strategi yang sangat tepat untuk dilakukan dalam new normal. Tidak hanya memuat tim PR saja, suatu kampanye PR dapat digagas dengan kolaborasi bersama tim lainnya.

Hal ini nantinya akan memperkuat keberhasilan kampanye yang dibuat tersebut. Selain itu, di masa yang penuh tantangan ini, PR harus mengambil peran yang lebih besar.

PR harus bisa bermitra dan berpartisipasi dalam perencanaan strategis untuk memenuhi tujuan bisnis perusahaan di masa kini maupun masa depan (PR Business Partner).

4. Melakukan Perancangan yang Banyak

Ketika melakukan perancangan suatu kampanye, PR yang masih mengadopsi metode tradisional biasanya hanya fokus pada satu strategi besar saja.

Cara ini tidak strategis dan kurang relevan untuk dijalankan di masa ini. Sebaliknya, buat dan sertakan beberapa versi beta dari kampanye yang sedang dirancang tersebut.

Versi-versi beta yang dibuat ini akan membantu menimalisasi kegagalan dari kampanye yang sedang dibuat. Selain itu, cara kerja seperti ini juga dapat memungkinkan penggabungan ide-ide yang hebat dan kreatif.