KOMUNIKASI.NET

Formula Tinggi Marketing: Cara Membangun Brand yang Disukai dan Dikenang

Formula Tinggi Marketing: Cara Membangun Brand yang Disukai dan Dikenang

Oleh Kang Apik – Founder Komunet (www.komunikasi.net)

Di era digital saat semua orang berlomba-lomba untuk viral, ada satu hal yang justru semakin berharga: makna.

Brand yang kuat bukan hanya yang banyak muncul di layar, tapi yang mampu menyentuh pikiran dan perasaan audiens. Maka lahirlah pendekatan yang kami sebut Formula Tinggi Marketing—strategi yang bukan hanya bicara angka, tapi bicara rasa.

Berikut ini adalah pendekatan yang telah membantu banyak brand lokal tampil menonjol dengan cara yang tulus dan berkelanjutan:


1. Temukan Ruang dan Bangun Rasa

Setiap brand harus hadir di ruang yang tepat: niche yang spesifik dan relevan dengan keahlian atau produk yang ditawarkan. Tapi lebih penting lagi, brand harus bisa membangun rasa—emosi yang dirasakan oleh audiens setiap kali mereka berinteraksi dengan brand-mu.

Contoh:

  • Sebuah layanan khitan modern bernama Super Khitan tidak hanya fokus pada teknologinya, tapi juga membangun positioning sebagai “pengalaman khitan yang menyenangkan dan ramah anak.”

  • Sebuah proyek properti seperti Kertamulya Residence menempatkan diri sebagai rumah pertama yang aman, tenang, dan tumbuh bersama keluarga.


2. Suara dan Visual yang Konsisten

Brand yang baik harus punya suara—gaya komunikasi yang khas. Apakah formal? Ramah? Edukatif? Lucu? Dan gaya ini harus terlihat di semua channel: media sosial, website, layanan pelanggan, bahkan hingga cara menjawab pesan.

Konsistensi visual juga penting: warna, tipografi, logo, dan elemen visual lainnya harus mudah dikenali dan membangun citra yang utuh.


3. Bangun Konten yang Edukatif, Emosional, dan Manusiawi


Konten adalah magnet. Tapi bukan sembarang konten—konten yang mengedukasi, menyentuh emosi, dan terasa manusiawi akan jauh lebih bertahan lama dibanding sekadar konten viral.

Kiat membuat konten berkualitas:

  • Edukatif: Tips, pengetahuan, insight yang relevan

  • Emosional: Cerita nyata, testimoni, momen yang menyentuh

  • Humanistik: Tampilkan sisi kehidupan brand dan tim


4. Mulai dari Komunitas, Baru Transaksi

Orang membeli karena mereka percaya. Dan kepercayaan tumbuh lewat interaksi yang konsisten dan tulus.

Buatlah ruang interaksi: grup WhatsApp, webinar, live IG, atau forum sederhana. Libatkan audiens dalam percakapan, bukan hanya promosi. Saat komunitas merasa dilibatkan, mereka akan jadi “pasukan promosi” sukarela.


5. Kampanye yang Bernyawa

Kampanye yang baik bukan hanya soal copywriting yang catchy, tapi juga punya pesan dan nilai.
Buat kampanye yang berbicara tentang kehidupan nyata audiens. Bukan hanya soal produk, tapi tentang harapan, rasa takut, kebanggaan, atau impian mereka.

Contoh kampanye:

  • “Berani Sunat Tanpa Takut” dari Super Khitan: menenangkan orang tua dan memotivasi anak.

  • “Rumah Pertama, Langkah Besar” dari Kertamulya: menggugah emosi keluarga muda.


6. Jangan Lupa Follow-Up

Marketing yang baik tidak berhenti setelah transaksi. Justru, hubungan terbaik dibangun setelah pelanggan membeli.

Follow-up bisa berupa:

  • Ucapan terima kasih personal

  • Tips lanjutan pasca pembelian

  • Konten edukasi berkelanjutan

  • Ajak pelanggan untuk berbagi cerita

Dengan follow-up yang humanis, pelanggan bisa berubah jadi mitra jangka panjang.


Penutup: Bukan Sekadar Bicara, Tapi Menyentuh

Strategi marketing yang tinggi bukan soal besar kecilnya anggaran, tapi dalam tidaknya hubungan yang kamu bangun.

“Kalau brand kamu bisa menyentuh hati orang, kamu tidak hanya menjual—kamu sudah menjadi bagian dari hidup mereka.”
– Kang Apik, Founder Komunet


Ingin strategi yang lebih personal untuk brand-mu?
Kunjungi www.komunikasi.net untuk insight, pelatihan, dan kolaborasi yang membangun brand dari dalam ke luar.